Strassenfest Interkulturelle Tage in Dresden 2014
Panitia yang sedang mempersiapkan stand |
Pada tanggal 27 September 2014. Indonesia diundang untuk ikut serta dalam acara Strassenfest Interkulturelle Tage. Bagi yang masih awam tentang apa itu Straßenfest, mari kita lihat penjelasannya di bawah ini.
Strassenfest adalah Festival di jalan dan Interkulturelle Tage adalah hari antar budaya. Jadi, Strassenfest Interkulturelle Tage adalah sebuah festival antar budaya yang diselenggarakan di jalan atau di tempat umum. Acara ini diselenggarakan dari Pemerintah Dresden untuk masyarakat yang lahir, besar atau pendatang yang tinggal di Dresden. Festival semacam ini bukan hanya dilakukan di Dresden, melainkan juga ada di beberapa kota besar lainnya di Jerman, yaitu Berlin, Leipzig dan lain – lainnya.
Festival Strassenfest ini diadakan sekali di setiap tahunnya, bertempat di Jorge-Gomondai Platz yang berlangsung dari pukul 11 siang sampai pukul 6 sore waktu setempat. Formid berpartisipasi dalam acara ini bukan hanya dengan niat memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat Dresden, melainkan juga untuk membuka diri agar bangsa lain bisa mengenal Indonesia jauh lebih dekat lagi.
Berikut beberapa foto dalam acara ini.
Panggung pertunjukan untuk para peserta. Mereka menyuguhkan tarian dari masing-masing negara. |
Indonesia sendiri menampilkan tarian Jaipong. |
Berawal dari pukul 9 pagi, panitia mulai beraktivitas menyiapkan logistik yang dibutuhkan selama keberlangsungan acara. Tahun ini Formid menjual beberapa jenis makanan khas Indonesia contohnya bakwan, pastel, klepon, dan masih banyak lagi di jual mulai dari harga 1€ untuk satu buahnya, dan untuk makanan yang beratnya, Formid menyajikan bakso tahu dan mie ayam dengan harga 3,5 € per porsi.
Klepon,pukis dan ketan hitam |
Rempeyek, martabak, pastel dan bakwan |
Festival ini bertujuan untuk memperkenalkan budaya Indonesia, maka tidak lengkap rasanya jika tidak memperkenalkan pakaian adat dari Indonesia dengan warna-warni khasnya yang ceria. Hal ini diadakan tentunya untuk menarik perhatian pengunjung. Pakaian tradisional ini pun dipinjamkan kepada pengunjung stand sehingga mereka dapat mengabadikan momen tersebut dalam foto. Sesi berfoto dengan pakaian tradisional ini kami buat secara gratis, sehingga banyak pengunjung yang ingin mencobanya. Berikut ini adalah beberapa hasil foto yang kami ambil.
Waktu untuk festival ini sangat tepat diadakan pada hari Sabtu karena banyak orang dewasa, keluarga, dan anak-anak yang ramai datang untuk melihat acara ini. Walaupun awalnya mendung, namun seiring berjalannya waktu, cuaca kemudian sangat mendukung kembali. Acara ini sangat cocok untuk anak-anak. Berbagai kegiatan untuk anak-anak diadakan, antara lain menggambar wajah anak-anak dengan gambar binatang yang menggunakan cat warna yang tentunya baik untuk kulit.
Beberapa negara lain yang ikut berpartisipasi dalam hari antar budaya Dresden ini adalah Brazil, China, Pakistan, serta perwakilan dari UNICEF.
Respon dari para pengunjung pun sangat bagus. Tak sedikit yang mengatakan stand Indonesia sangat kreatif, sehingga mereka pun menyukainnya. Beberapa pengunjung mengatakan mereka sudah pernah berkunjung ke Indonesia. Adat dan Budaya Indonesia sangat berbeda dengan negara mereka. Mereka sangat menyukai hal-hal yang berbeda. Selain mampu untuk mempelajari tentang budaya Indonesia, mereka juga dapat mengenal lebih jauh tentang tanah air kita melalui acara ini.
Dibawah ini ada beberapa foto dari acara yang berlangsung pada tanggal 27 September 2014 lalu.
Foto bersama Panitia Stan |
Foto bersama dari seluruh panitia yang bertugas. |
Formid memiliki banyak agenda tahunan yang akan dilaksanakan tahun ini. Terima kasih atas kesediannya membaca blog kami. Salam Formid.
Oleh: Berlian Prawiro dan Benny Setyaji
One Response
Wah seru juga ya kegiatannya, jadi ingin main ke Dresden.
Hanya sebagai masukan, mohon diperhatikan kaidah penulisan dan gaya penulisan blog ini.
Sebagai contoh kata depa di yang diikuti kata kerja seharusnya disambung.
Gaya penulisan juga perlu dikembangkan, jangan sampai karena tinggal di Jerman jadi melupakan bahasa ibu sendiri ya hehe