FESTIVAL JALANAN a.k.a. STRASSENFEST 2016
Seperti tahun-tahun sebelumnya, FORMID e.V. kembali berpartisipasi dalam acara kebudayaan rutin tahunan yang diadakan oleh Ausländerrat Dresden e.V. Acara ini bertajuk “Interkulturelle Tage” yang berlangsung selama dua minggu dari 18 September hingga 2 Oktober 2016. Pembukaan “Interkulturelle Tage” diadakan pada hari Minggu, 18 September 2016 dengan Nurul Fatimah Khasbullah menjadi salah satu pembawa acara (MC) di acara yang diadakan di Rathaus Dresden tersebut.
Adapun FORMID e.V. berpartisipasi di acara street festival (auch bekannt als „Straßenfest“) yang berlangsung pada hari Sabtu, 24 September 2016 di Jorge-Gomondai-Platz atau seminggu setelah pembukaan. Panitia datang lebih awal mempersiapkan segala sesuatunya. Setelah bahu-membahu mendirikan tenda dan perlengkapan stand lainnya, acara dimulai tepatnya pukul 12.00.
Di sini, kita masyarakat Indonesia di Dresden menampilkan salah satu tari tradisional Indonesia, yaitu Tari Lilin yang dibawakan oleh Mbak Ika Widianti dan Mbak Shofuroh Munasyaroh (Uwoh). Penonton dari seluruh lapisan masyarakat yang ada di kota Dresden menyambut meriah atas perform tersebut. Big applause mereka alamatkan kepada kedua penari dari Indonesia tersebut. Tak kalah menarik, negara-negara lain juga ikut serta memainkan pertunjukannya masing-masing di atas panggung, seperti tari-tarian maupun permainan alat musik.
Selain penampilan di atas panggung atau stage performance, FORMID juga membuka stand pameran kebudayaan dan makanan khas Indonesia. Kira-kira apa saja ya isinya? Berkat chef-chef ternama dari Indonesia yang ada di Dresden, yaitu Dillah, Mbak Grace, Risva, Nadya, Alfi, dan Mbak Ulfa, stand Indonesia menyediakan beberapa makanan kecil maupun besar. Untuk makanan besar ada ketoprak dan mie ayam, makanan kecil terdiri dari sosis solo, mendoan, bakwan jagung, pisang goreng, pastel, dan tahu goreng, sedangkan minuman ada es pisang ijo yang lezat. Serasa ada di negara sendiri, makanan ala Indonesia cukup mengobati rasa kangen kita akan cita rasa nusantara. Semua makanan dijual dengan sistem donasi (gegen Spende) dan tidak boleh terlihat komersial. Kita mematok harga 4€ untuk makanan besar, 1€ untuk makanan kecil, dan 2€ untuk minuman. Di sini, para panitia penjaga stand menggunakan baju saman saat berjualan dan anggota FORMID lainnya menggunakan batik.
Aneka ragam pernak-pernik budaya Indonesia juga tampak tersedia di stand yang berukuran 3×3 meter tersebut. Alat musik angklung, wayang kulit, dan baju-baju tradisional menjadi pameran utama di stand Indonesia, dilengkapi dengan foto-foto postcard tentang Bali, buku tentang wayang, topeng Malang, gantungan kunci, dan masih banyak lagi. Tidak ketinggalan, kita juga membuka kostenlos photo booth untuk pengunjung yang ingin berfoto menggunakan kostum tradisional yang kita sediakan. Baju sorjan plus blangkon, baju saman, dan batik Papua menjadi pilihan untuk digunakan pengunjung laki-laki dewasa, sedangkan pengunjung wanita dewasa bisa memilih berfoto mengenakan baju tari lilin atau kebaya ulos. Blangkon dan sorjan kecil disiapkan untuk pengunjung anak-anak yang ingin berfoto. Para pengunjung sangat antusias menjajal photo booth ini karena selain gratis, mereka juga penasaran dengan baju-baju adat dari Indonesia. Terlebih lagi, mereka bisa melihat langsung hasil foto karena bisa langsung cetak di tempat maupun dikirim ke e-mail mereka masing-masing.
Siang hari merupakan saat ramai-ramainya pengunjung. Banyak orang Jerman maupun dari negara lain, termasuk orang Indonesia sendiri, yang membeli makanan maupun bertanya-tanya mengenai pameran yang kita tampilkan di stand. Rasa penasaran mereka pun hilang setelah kita jelaskan apa yang mereka belum mengerti tentang keragaman budaya Indonesia. Animo masyarakat Dresden sangat besar jika ada acara-acara kebudayaan seperti Straßenfest ini. Tidak hanya Indonesia, negara-negara lain pun tak ketinggalan menampilkan pameran kebudayan mereka masing-masing. Hari Minggu itu pun seolah-olah masyarakarat Dresden berkumpul di satu tempat untuk melihat warisan budaya dari berbagai negara.
Overall, acara Staßenfest berjalan sangat sukses. Hal itu terlihat dari para pengunjung yang sangat menikmati keseluruhan acara tersebut dan melarisi dagangan yang ada di stand Indonesia. Kesuksesan tersebut tidak terlepas dari bantuan seluruh pihak yang telah meluangkan waktu untuk meramaikan acara ini. Terima kasih sekali lagi buat para panitia dan anggota FORMID lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas partisipasinya untuk membantu keberhasilan acara ini. Gut gemacht! Good job, guys! Sampai jumpa di Straßenfest tahun depan yang tentunya bakal lebih kece dan keren. Auf Wiedersehen!
Oleh: Bobby Rio Indriyantho
Penulis saat ini sedang menempuh studi S3 nya di Institut für Statik und Dynamik der Tragwerke, TU Dresden. Ditulis dalam suasana langit mendung kelabu dan rintik-rintik hujan di sela-sela mengerjakan risetnya.