Seminar “Social Entrepreneurship”
Kewirausahaan saat ini tidak lagi dapat dipahami secara tradisional sebagai kegiatan ekonomi yang berorientasi keuntungan. Melalui konsep kewirausahaan social entrepreneurship, kegiatan bernilai komersil dapat dikombinasikan dengan nilai-nilai sosial sebagai solusi permasalahan sosial maupun lingkungan hidup. Social entrepreneurship sendiri merupakan istilah yang baru, namun konsepnya sudah digunakan dalam sejarah. Istilah dan penggunaan konsep social entrepreneurship berkembang pesat setelah beberapa tokoh inspiratif dunia berhasil menerapkannya. Seperti contoh, pendirian Grameen Bank dengan konsep keuangan mikro oleh Muhammad Yunus; Ashoka oleh bapak kewirausahaan sosial dunia, Bill Drayton; perusahaan sepatu ternama, Toms, oleh Blake Mycoskie; dan contoh-contoh lainnya.
Dalam rangka memperkenalkan lebih mendalam konsep ini, pada tanggal 25 Februari 2017 Divisi Pendidikan Formid e.V. menyelenggarakan workshop “Social Entrepreneurship: Tantangan Berbagi, Siapa Berani?” dengan menghadirkan mbak Sri Astutik (dikenal dengan mbak Astutik) sebagai pembicara. Mbak Astutik yang merupakan mahasiswi S3 Tropical Forestry pernah mendapatkan penghargaan Femina Award 2012 untuk social entrepreneurship.
Melalui presentasinya yang berlangsung sekitar 2 jam, mbak Astutik memaparkan informasi-informasi dan pengetahuan-pengetahuan menarik mengenai social entrepreneurship (SE). Diawali dengan informasi mengenai potret kuantitas dan budaya kewirausahaan Indonesia, kemudian definisi dan tujuan SE, serta konsep dasar SE yang menggabungkan konsep perusahaan komersil dengan konsep kegiatan sosial tradisional. Lima kriteria dasar SE adalah Social mission/impact, empowerment, ethical business principles, reinvesment for social mission, dan sustainability. Penerapan SE berkaitan erat dengan konsep theory of change yang dikemukakan oleh Carol Weiss. Theory of change berusaha memanfaatkan sumber daya yang ada untuk memberikan suatu dampak sosial. Tanpa meninggalkan sisi bisnis pada presentasinya, mbak Astutik juga memaparkan mengenai kerangka Business Model Canvas untuk mengawali dan menjalankan suatu usaha. Presentasi juga dilengkapi dengan cara kita mempresentasikan suatu ide bisnis, institusi-institusi yang dapat dihubungi berkenaan dengan SE, dan ajang kompetisi SE yang dapat diikuti.
Workshop yang dibagi menjadi dua sesi dikemas secara sangat menarik oleh mbak Astutik karena tidak hanya bersifat satu arah melalui presentasi namun juga melalui tanya jawab, simulasi dan games membangun. Setelah acara makan-makan dan shalat, para peserta yang merupakan anggota Formid dibagi menjadi 3 kelompok. Setiap kelompok diharuskan untuk menemukan ide bisnis inovatif yang dapat menyelesaikan permasalahan sosial dalam waktu yang ditentukan. Tidak ketinggalan ide yang dirancang dipresentasikan oleh perwakilan masing-masing kelompok. Setiap kelompok memimliki ide-ide menarik seperti bisnis jahit seragam sekolah untuk mantan pekerja-pekerja doli, telefon selular yang terhubung antara helm pengguna motor, dan bisnis lomba membaca :D. Para peserta mengikuti setiap rangkaian acara secara antusias dan pulang dengan ilmu baru, perasaan bahagia, dan perut kenyang.
“Ask not what your country can do for you, ask what you can do for your country.”
John F. Kennedy
Oleh: Nurul Fatima Khasbullah
Foto: Ubed Sonai & Didik Hariyanto