Sebagai Ibu Rumah Tangga di Dresden
Siti Prima Genni (Meli) (32 th). Ibu dari dua orang anak yang aktif, Adriaan (7 th) dan Adam (2 th). Saat ini sedang mendampingi suami yang bekerja sebagai Peneliti di salah satu lembaga penelitian di Dresden sejak tahun 2010. Anak kedua kami, Adam, lahir di kota cantik ini.
Sekilas tentang Dresden
Dresden adalah ibukota Sachsen, salah satu negara bagian Jerman yang berada di sebelah timur. Kota ini tidak jauh letaknya dari Praha, Ceko. Hanya membutuhkan waktu dua jam dengan mobil atau kereta jika ingin ke Praha. Dresden adalah kota yang cantik. Perpaduan sungai Elbe dan dan arsitektur Baroque yang membuat kota ini semakin mempesona. Dua bagian kota yang menarik adalah Altstadt dan Neustadt. Altstadt dipenuhi dengan bangunan-bangunan tua yang terawat dan cantik. Zentrum kota Dresden dan objek pariwisata nya seperti Zwinger, Semper Oper dan Frauen Kirche termasuk bagian dari Altstadt. Sedangkan Neustadt adalah bagian kota yang banyak ditinggali oleh anak-anak muda. Kita bisa menemukan banyak restaurant dan kafe serta mural di bagian kota ini.
Sebagai ibu rumah tangga dengan dua anak, tentunya saya lebih sering mengunjungi tempat-tempat dimana anak-anak bisa dengan leluasa beraktifitas. Berikut beberapa tempat di Dresden yang sering kami kunjungi :
1. Großer Garten
Großer Garten adalah taman besar yang sering dikunjungi masyarakat Dresden. Banyak sekali orang yang jogging, bersepeda, bermain inline skate, piknik atau hanya sekedar jalan-jalan saja saat cuaca bagus di Großer Garten. Bagi keluarga kami, tempat ini adalah area anak-anak berlatih sepeda. Saya tidak perlu khawatir untuk mengawasi anak-anak saya bersepeda disini. Di Großer Garten terdapat Parkeisenbahn. Semacam kereta buat anak-anak yang mengelilingi taman besar ini. Uniknya petugas penjaga di setiap stasiun Parkeisenbahn ini semuanya adalah anak-anak.
2. Elbufer
Elbufer merupakan jalan di sepanjang tepian sungai Elbe. Seperti halnya Großer Garten, banyak orang yang bersepeda, jogging dan berjemur disini. Pada saat musim panas diadakan event Filmnächte am Elbufer di pinggiran sungai Elbe. Masyarakat Dresden bisa nonton bareng di malam hari. Mungkin seperti layar tancap kalo di Indonesia.
3. Verkehrs Museum
Verkehrsmuseum adalah Museum Lalu Lintas. Museum ini berada tepat di depan Frauen Kirche. Disini kita bisa melihat bermacam-macam kendaran mulai dari mobil, kereta api, kapal, pesawat dan sepeda beserta sejarahnya. Di lantai paling atas museum tersedia lalu lintas mini berupa jalan mini beserta rambu-rambu lalu lintasnya. Disini anak-anak bisa bermain Bobby Car dengan peraturan yang ada. Tujuannya agar anak-anak bisa bermain dan belajar tentang peraturan lalu lintas.
4. Deutsches Hygiene Museum
Deutsches Hygiene Museum adalah museum yang berada tidak jauh dari Großer Garten. Di Museum ini terdapat Kinder Museum. Disini anak-anak bisa melihat dan mempelajari berbagai macam panca indra. Di bagian umum Museum ini kita bisa melihat dan mempelajari tentang hal yang berhubungan dengan manusia, seperti anatomi tubuh manusia, awal mula kehidupan manusia dari dalam kandungan ibu sampai fase kematian manusia serta apa saja yang dikonsumsi oleh manusia seperti makanan dan minuman dari berbagai macam belahan dunia.
5. Kudeldadeldu
Kudeldadeldu adalah Indoor Spielplatz yang berada di salah satu pusat perbelanjaan di Dresden.
6. Zoo Dresden
Seperti kota di Jerman lainnya, Dresden juga mempunyai Kebun Binatang. Selain bisa melihat dan mengagumi binatang, di Zoo Dresden juga banyak terdapat spielplatz dan arena untuk bermain mobil-mobilan yang bisa dikemudiakan sendiri. Berhubung saya mempunyai dua anak laki-laki, tentu saja anak-anak saya tak pernah melewatkan kesempatan untuk bermain di arena ini setiap kami berkunjung ke Zoo Dresden.
7. Saurier Park, Kleinwelka
Saurier Park adalah tempat terbuka dimana anak-anak bisa melihat langsung berbagai macam replika Dinosaurus dengan ukuran yang sesungguhnya. Di tempat ini anak-anak juga bisa melakukan berbagai macam aktifitas seperti klettern (memanjat), balanzieren (menyeimbangkan tubuh), rutschen (meluncur) dan bermain air. Tempat ini jaraknya tak jauh dari Dresden. Hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam dengan mobil dari Dresden.
8. Bibliothek
Bibliothek (Perpustakaan) terdapat di setiap bagian sudut kota di Dresden. Perpustakaan yang sering kami kunjungi adalah Haupt und Musikbibliothek yang berada di World Trade Center Dresden. Di perpustakaan ini terdapat banyak buku tentang musik dan audionya. Setiap Sabtu biasanya diadakan acara pembacaan cerita untuk anak-anak disini.
9. Spielplatz
Di hampir setiap sudut kota terdapat Spielplatz (Playground). Hal ini menjadi salah satu keuntungan bagi saya dan keluarga. Dresden merupakan kota yang ramah bagi anak-anak.
10. Event musiman yang diadakan di Altmarkt
Altmarkt merupakan tempat terbuka yang berada di Zentrum Dresden. Disinilah diadakan berbagai macam event musiman seperti Striezelmarkt di musim natal, Frühjahrsmarkt di musim semi dan Herbsmarkt di musim gugur. Di setiap event pasti ada sarana bermain untuk anak-anak seperti carousel dan kinder eisenbahn.
Suka duka menjadi ibu rumah tangga di Dresden
Tinggal dan merantau di negeri orang tentu saja banyak suka dan dukanya. Banyak keuntungan yang saya rasakan selama tinggal di Dresden. Beberapa keuntungan yang saya rasakan sebagai ibu rumah tangga di Dresden adalah :
1. Keuntungan dalam masalah biaya pendidikan dan kesehatan anak.
Saya tidak perlu dipusingkan lagi dengan masalah biaya pendidikan dan kesehatan untuk anak-anak saya.
- Biaya pendidikan
Semua anak di Jerman diwajibkan untuk sekolah di saat umurnya telah mencukupi. Biasanya di Sachsen, anak berumur 6 tahun telah Schulpflicht (wajib sekolah). Tidak seperti di Indonesia, orang tua selalu dipusingkan dengan masalah biaya pada saat mendaftar sekolah. Di Jerman, orang tua tidak dipungut biaya sama sekali untuk mendaftarkan anak ke Grundschule (Sekolah Dasar). Uang bulanan dan uang semesterpun tidak ada. Orang tua hanya perlu menyiapkan keperluan untuk sekolah. Terkadang memang para guru meminta pungutan biaya jika ada acara di sekolah. Tapi biasanya tidak banyak, hanya berkisar 1 – 10 €. Beda halnya dengan Kinderbetreung (tempat penitipan anak) seperti KITA dan Hort. Orang tua harus membayar jika menitipkan anak ke KITA (Kinderkrippe untuk anak umur 0-3 th dan Kindergarten untuk anak umur 3-6 th) dan Hort (tempat penitipan anak yang ada di Grundschule). Biaya yang dikenakan untuk Kinderbetreung sangat bervariasi tergantung berapa lama orang tua menitipkan anaknya disana. Biasanya anak-anak dititipkan di KITA sekitar 6 – 8 jam. Biayanya berkisar 100-150 € per bulannya. Selain itu orang tua juga membayar biaya makan. Biasanya biaya untuk makan sekitar 50 – 60 € per bulan.
- Biaya kesehatan
Jika anak saya sakit, saya bisa langsung datang ke Kinderarzt (Dokter anak) tanpa terlebih dahulu membuat termin (janji). Dengan adanya krankenkasse (asuransi kesehatan), saya tidak perlu membayar biaya konsultasi dokter dan obat karena saya dan keluarga telah membayar krankenkasse setiap bulannya. Sistem asuransi kesehatan yang ada di Jerman benar-benar membantu saya dan keluarga. Di saat saya hamil anak kedua (Adam) dan melahirkan di rumah sakit, saya tidak dipungut biaya sama sekali. Anak pertama saya, Adriaan harus menggunakan Hörgeräte (alat bantu dengar). Biaya konsultasi dokter dan Hörgeräte ini luar biasa mahalnya. Tapi Alhamdulillah berkat asuransi kesehatan, kami tidak perlu mengeluarkan biaya sedikitpun.
2. Sistem Administrasi dan Birokrasi di Jerman memudahkan saya untuk mengurus anak-anak.
Memang banyak orang yang mengeluh tentang system administrasi dan birokrasi yang ada di Jerman karena menurut banyak orang terlalu ribet. Tetapi untuk masalah inti seperti pendidikan dan kesehatan, saya rasa banyak juga untungnya. Contohnya saja proses pendaftaran sekolah (Grundschule). Jika anak telah Schulpflicht, maka 1 tahun sebelumnya, orang tua pasti akan mendapat surat keterangan dari Stadt yang menerangkan bahwa anak telah wajib sekolah dan harus didaftarkan ke Grundschule. Surat keterangan ini disertakan juga dengan formulir pendaftaran sekolah. Disana tercantum tanggal pendaftaran sekolah. Pendaftaran akan dilakukan serentak di seluruh Dresden. Kita boleh memilih sekolah yang berada disekitar tempat tinggal kita, biasa disebut Schulbezirk. Jika kita ingin mendaftarkan anak ke sekolah di luar Schulbezirk atau yang jauh dari rumah juga bisa dengan syarat mencantumkan alasannya di formulir pendaftaran. Dengan adanya sistem birokrasi seperti ini, orang tua bisa menghemat waktu pada saat pendaftaran di sekolah. Tidak perlu mengantri lama untuk mengambil formulir seperti yang sering terjadi di Indonesia.
Begitu juga dengan masalah kesehatan. Saya selalu mendapat surat dari Krankenkasse untuk mengingatkan agar anak saya dibawa ke Kinderarzt untuk pemeriksaan rutin dokter (Untersuchung). Hal ini sangat membantu saya yang suka lupa. Anak-anak benar-benar sangat diperhatikan di Jerman. Setiap untersuchung, anak akan diperiksa seluruh perkembangannya dan terkadang di imunisasi. Mulai dari penglihatan, pendengaran, perkembangan bahasa, respon anak dalam percakapan dan keadaan sekitar, serta motorik halus dan kasar.
3. Kondisi di Jerman sangat mendukung untuk membiasakan anak hidup disiplin, teratur, mandiri dan kreativ sejak kecil.
Kondisi di Dresden yang teratur, jarang macet serta jarak sekolah dan kindergarten yang dekat dari rumah sangat memudahkan saya untuk mengatur jadwal dan rutinitas anak-anak saya. Anak-anak terbiasa melakukan rutinitas sesuai dengan waktunya. Hal ini tidak terlepas dari ajaran para erzieherin di Kinderkrippe dan Kindergarten. Anak-anak saya masuk krippe sejak umur 1,5 tahun karena saya ingin anak-anak belajar untuk mandiri dan bersosialisasi dari kecil. Selain itu karena saya juga harus kursus Bahasa Jerman. Cara erzieherin (guru pengasuh) di KITA sangat menarik perhatian saya. Anak-anak disini dibiasakan untuk melakukan semua sendiri sejak kecil. Mulai dari makan dan minum sendiri, meletakkan piring dan gelas setelah makan, membantu erzieherin menata meja sebelum makan dan membersihkan meja sesudah makan. Dengan sistem seperti ini, anak-anak diajarkan bertanggung jawab sejak kecil. Hal yang sangat berbeda saya rasakan dengan cara mendidik anak di Indonesia adalah anak-anak disini dibiasakan dengan tantangan sejak kecil. Anak-anak diajak berkomunikasi seperti layaknya orang dewasa karena anak adalah individu yang sedang belajar untuk bisa menjalani hidup di kala ia besar nanti. Dan dalam hidup akan ada banyak tantangan. Anak harus belajar bertanggung jawab dan berani mengambil resiko.
Selain itu aktifitas di KITA juga sangat mendukung kreatifitas anak dan mengajak anak untuk dekat dengan alam. Salah satu contohnya : Di musim gugur, anak-anak sering mengumpulkan berbagai macam daun dan kastanien. Daun dan kastanien ini nantinya akan mereka gunakan untuk membuat berbagai macam kerajinan tangan.
Adanya Bibliothek di setiap sudut kota juga memberi keuntungan yang besar bagi anak-anak saya. Anak saya yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan bisa menanyakan berbagai macam pertanyaan dalam sehari, bisa dengan mudah mendapat ilmu pengetahuan dengan meminjam buku dan lexikon yang ada di Bibliothek.
4. Kami bisa berjalan-jalan menikmati keindahan kota-kota di Eropa.
Di kala libur, kami sekeluarga bisa menghabiskan waktu untuk berkunjung ke kota-kota lain di Eropa atau ke tempat yang belum pernah kami kunjungi. Ini adalah salah satu hiburan kami di tengah rutinitas selama menjalani hidup di Dresden.
5. Saya dan suami jauh lebih mandiri dan menjadi tim yang kompak.
Hidup yang jauh dari keluarga dan kampung halaman menuntut kami untuk melakukan semuanya sendiri. Hal ini tidaklah semudah yang dibayangkan, terutama jika baru melahirkan atau pindahan rumah. Alhamdulillah, saya dianugerahi suami yang tak sungkan membantu pekerjaan rumah disaat saya repot mengurus anak. Anak saya yang pertama, Adriaan pun juga sekarang ikut melakukan pekerjaan rumah tangga. Dengan begini, kami menjadi tim yang lebih solid.
Selain keuntungan yang saya rasakan selama hidup di Dresden, tentunya ada juga duka yang kami rasakan, antara lain melewati hari sebagai muslim yang minoritas di Dresden. Sebagai seorang muslim yang mengenakan hijab di Dresden, tentu saja tak jarang saya mendapat tatapan aneh atau bahkan pertanyaan dari orang-orang sekitar. Belum lagi dengan adanya gerakan Pegida yang demo setiap senin dan datangnya banyak fluchtlinge ke Dresden. Sekarang Islam semakin tersudut karena kasus di Paris dan Brussel. Saya pernah dimaki-maki orang yang tak dikenal di salah satu haltestelle karena hijab yang saya kenakan. Memang banyak orang yang tidak suka dengan muslim dan ausländer di Dresden. Tetapi banyak juga orang yang punya toleransi tinggi dan terbuka. Jadi, saya rasa dimanapun kita tinggal, pasti ada orang yang suka dan tidak suka dengan kita. Yang dapat saya lakukan hanyalah berdoa, minta perlindungan dan menjaga tingkah laku sebagai muslim yang baik. Tingkah laku dan perbuatan kita akan mencerminkan tingkah laku dan perbuatan semua muslim. Orang-orang disini hanya tahu Islam dari berita di media yang notabene hanya memberitakan berita-berita negatif tentang Islam. Tugas sayalah sebagai muslim untuk memberikan image positif tentang Islam.
Sekian cerita saya tentang suka dan duka hidup sebagai ibu rumah tangga di Dresden. 😉
Oleh: Siti Prima Genni (Meli)