Berkuliah dengan Hobi Memasak di Dresden, Yummy!
Jerman menjadi salah satu destinasi bagi pelajar Indonesia untuk melanjukan pendidikan. Negara ini terkenal memiliki sistem pendidikan yang baik juga ramah mahasiswa. Banyak keuntungan yang kita dapatkan dengan menyandang status mahasiswa di negara ini. Seperti mendapatkan potongan harga tiket alat transportasi, tiket masuk Museum, sampai potongan harga toko celana jeans merk terkenal. Fasilitas tersebut tidak serta merta kita dapatkan, tentu dibalik semua kemudahan ada proses berat dibelakangnya. Keterbatasan bahasa salah satunya. Sebagai mahasiswa asing, kita dituntut untuk memiliki kemampuan yang sama dengan mahasiswa lokal. Kita tentu harus bekerja dua kali lebih keras dibanding mereka. Pertama kita harus memahami materi secara sprachlich atau secara makna bahasa, kemudian bagian kedua adalah memahami materi perkuliahan secara inhaltlich (isi materi). Banyak pengajar yang tidak peduli dari mana kita berasal, di mata mereka kita sudah berada di tempat yang sama dengan mahasiswa lokal lainnya, artinya kita juga memiliki kemampuan yang sama. Tak hanya sampai disana, banyak mahasiswa Indonesia harus bekerja disela-sela waktu kuliah mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup atau menambah uang saku. Stress??? pasti. Untuk mengatasi itu terkadang kita butuh pelarian dari penatnya dan padatnya waktu kuliah. Meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan yang kita suka bisa menjadi obat stress yang paling mujarab. Bagi saya dapur adalah tempat yang paling tepat untuk menyegarkan kembali pikiran dari penatnya perkuliahan.
Kegemaran memasak, saya dapatkan turun temurun. Nenek dan ibu saya berprofesi sebagai juru masak. Memasak dan membuat kue juga telah lama menjadi hobby yang menghasilkan bagi saya. Sejak umur 16 tahun, saya dibayar secara professional sebagai baker di usaha Cake and Caterer milik ibu saya. Dari hobby saya ini, saya bisa membiayai kuliah S1 saya sampai selesai. Juga ketika saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan, hobby saya ini membantu dalam menambah uang saku. Dari mulai bekerja paruh waktu sebagai chef assistant di salah satu cafe di Dresden, sampai menerima pesanan untuk acara-acara warga Indonesia.
Bukan hanya yang memiliki hobby memasak seperti saya, rasanya setiap orang yang tinggal di negara tanpa warteg, dapat dipastikan keterampilan memasaknya bertambah. Kita dituntut untuk hidup mandiri. Pulang kuliah tidak ada mama yang dengan penuh cinta menyediakan makan siang, juga tidak ada asisten rumah tangga yang bisa kita mintai pertolongan untuk membuatkan makanan. Selain menambah keterampilan baru, memasak sendiri bisa menekan biaya hidup cukup banyak.
A. Memperoleh Bahan Makanan Khas Indonesia di Dresden
Kekhawatiran kita saat pertama kali hinggap di negara barat adalah apakah makanan yang ada disana cocok dengan lidah dan perut kita atau tidak, apakah ada nasi, apakah ada sambal dan kekhawatiran lainnya. Toko asia yang banyak tersebar di seluruh Jerman, memudahkan kita untuk mencari bahan makanan khas Asia. “Saigon Asian Markt” merupakan andalan untuk belanja kebutuhan bangsa Asia di Dresden. Memang tidak semua bumbu untuk masakan Indonesia tersedia di toko tersebut, bahan lainnya bisa kita dapatkan di toko Indonesia yang juga sudah mulai banyak tersebar di seluruh Jerman, salah satu yang terdekat dari Dresden adalah “Indomarkt” di Berlin.
Masakan khas Jerman terasa lebih hambar dibandingkan dengan masakan Indonesia yang penuh dengan bumbu. Belum lagi nasi bagi mereka yang hanya sebagai pelengkap saja. Berbeda dengan orang Indonesia yang menjadikan nasi sebagai makanan utama. Berikut tips sederhana berdasarkan pengalaman bagi yang ingin mendapatkan cita rasa Indonesia:
Nasi
Beras yang dijual di pasaran biasanya adalah beras asal India (Basmati Rice) yang tekstur nya tidak selembut beras yang sering kita temui di Indonesia. Memang banyak beras Thailand yang lebih enak, namun sayangnya kita perlu merogoh kocek yang lebih dalam. Untuk menemukan tekstur yang mirip dengan beras asli Indonesia adalah dengan mencampurkan 1kg beras basmati dengan 500gr beras susu (Milch Reis). Tekstur Milch Reis yang halus akan tercampur dengan Basmati Reis. Perpaduan ini menghasilkan nasi yang mirip dengan pulen nya beras Indonesia.
Bumbu Dapur
Sebenarnya bumbu Indonesia tidak seribet yang kita bayangkan. Ada tiga bumbu dasar Indonesia yaitu bumbu putih, bumbu merah dan bumbu kuning. Bumbu putih terdiri dari bawang merah, bawang putih, ketumbar dan kemiri. Bumbu dasar ini biasa digunakan untuk memasak opor ayam, gudeg dan lainnya.Kedua adalah bumbu merah terbuat dari bawang merah, bawang putih, cabe merah dan kemiri. Kita bisa menggunakan bumbu dasar ini untuk membuat sambal goreng, rendang, aneka balado dan banyak lagi. Sedangkan bumbu kuning terdiri dari bawang merah, bawang putih, kunyit dan kemiri. Gunakan bumbu dasar ini, jika kita ingin memasak kari, acar kuning, nasi kuning dan lain-lain.
Kue khas Indonesia
Jika kita melihat resep kue dari Indonesia, kebanyakan menggunakan bahan pengembang dan pelembut kue SP/ TBM/Ovalet yang hanya bisa kita temukan di toko Indonesia. Untuk mengganti bahan pengembang tersebut, kita bisa menggunakan baking powder/baking soda dan menambahkan bahan likuid seperti susu, air perasan lemon atau jus buah lainnya (disesuaikan dengan resep) atau langsung menggunakan self raising flour yang bisa kita temui di supermarket terdekat.
B. Resep Makanan Khas Chef Risva
Bagi yang ingin belajar memasak, ketika hidup sendiri inilah saat nya. Dari mulai makanan yang “setidaknya bisa dimakan” sampai makanan yang rasanya mengalahkan restoran-restoran mahal. Berikut saya sertakan resep kreasi sederhana dengan menggabungkan makanan khas dua negara beda benua yaitu spaghetti dan mie tek-tek (mie dok-dok) :
Bahan :
– 100 gr Spaghetti, yang telah direbus
– 2 siung bawang putih cincang halus
– 1 butir telur
– 50 gr kol iris halus
– 1 buah wortel, potong sebesar korek api
– 1 sdm kecap manis
– Garam, merica dan gula pasir secukupnya
– Minyak untuk menumis
Cara Membuat :
Panaskan minyak, masukan telur, orak arik hingga matang. Kemudian masukan bawang putih tumis hingga harum. Setelah bawang putih matang, masukan sayuran, tunggu hingga sayuran sedikit layu, masukan spaghetti yang telah direbus dan kecap manis. Bumbui dengan garam, merica dan gula pasir aduk rata. Spaghetti tek-tek siap dihidangkan.
C. Penutup
Terkena minyak panas, teriris pisau tajam, tersiram air mendidih, terkena wajan yang masih panas merupakan resiko yang harus dihadapi jika kita senang memasak. Namun itu semua bukan lah hambatan untuk berhenti menyenangi dunia dapur. Sama halnya dengan hobby-hobby yang lain, seperti bermain basket, naik gunung atau yang lainnya. Kemungkinan cidera pasti akan selalu ada. Namun jika kita mencintai apapun yang kita lakukan, resiko bukanlah hambatan, melainkan sebuah tantangan untuk berbuat yang lebih baik lagi.
Jika kita bijaksana menggunakan waktu, hobby tidak akan mengganggu aktivitas utama sebagai pelajar. Justru hobby dapat dijadikan penyeimbang dan selingan disela kesibukan.
Tentang Penulis:
Risva Tri Multiansari (25 tahun) sedang menempuh studi master jurusan Ilmu Bahasa, Sastra dan Budaya Semester 3 TU Dresden. Program Bachelor diselesaikan penulis di Universitas Pendidikan Indonesia jurusan Pendidikan Bahasa Jerman pada tahun 2012. Penulis sempat mengajar di SMK Kartika Siliwangi II Bandung, kemudian mengikuti Program Au-Pair Mädchen pada tahun 2013-2015 di kota Munich, Jerman. Selain kuliah, penulis juga sempat bekerja part time di NH Hotel Neustadt Dresden, Paradise Bowling and Cafe Dresden sebagai Kitchen Assistant.
Oleh: Risva Tri Multiansari
3 Responses
Nice artikel…sederhana tetapi menarik untuk dibaca..good job gals
Terima kasih untuk komentarnya. Sering-sering mengunjungi website Formid ya 🙂
Terima kasih untuk komentarnya.
Semoga menginspirasi 🙂