Wallstraße 19, 01067 Dresden
0351-65677400
mail.formid@gmail.com

Renungan Fajar di Hari Kemerdekaan – Pesan Kesadaran Berpolitik

Renungan Fajar di Hari Kemerdekaan – Pesan Kesadaran Berpolitik

foto2

Boleh dibilang bahwa salah satu momen yang memotivasi penulisan artikel ini adalah momen yang telah terjadi cukup lama, namun pesan bermakna muncul dari diskusi sederhana nan inspiratif pada pertemuan ini. Ya, 2 bulan yang lalu, tepatnya pada hari Sabtu 11 Juni 2016 diadakan acara silaturahmi antara pengurus Forum Masyarakat Indonesia Dresden ( FORMID ) masa bhakti 2015/2016 dan 2016/2017 dengan pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia Berlin ( KBRI Berlin ) yang diwakili oleh Bapak Hermansyah Siregar selaku Atase Imigrasi. Pertemuan ini diadakan di Restoran Ocakbasi yang beralamat di Gewandhausstraße 2, Dresden. Maksud dari pertemuan ini sendiri adalah untuk membahas kerjasama antara pihak KBRI Berlin dengan FORMID perihal terkoneksinya layanan aplikasi lapor diri berbasis website KBRI ( LaDi ) dengan website FORMID sendiri serta mempererat tali silaturahmi antara kedua pihak melalui acara buka puasa bersama. Layanan LaDI ini memberi kemudahan bagi para WNI yang berdomisili di Jerman untuk melakukan proses lapor diri tanpa harus secara fisik datang ke KBRI atau KJRI.

Pesan inspiratif itu muncul ketika kami menyimak diskusi hangat antara beberapa pengurus FORMID dengan Bapak Herman perihal masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini dan akan dihadapi oleh bangsa Indonesia di kemudian hari. Melalui kesempatan ini Bapak Herman berpesan kepada kita para pelajar di Jerman melalui pengurus FORMID untuk mengumpulkan pengalaman kerja terlebih dahulu di Jerman setelah menuntaskan studinya. Hal ini dimaksudkan agar pada pelajar Indonesia yang secara tidak langsung akan menjadi promotor pembangunan Indonesia mampu meniru dan mengadaptasi etos kerja bangsa Jerman dan membawa kultur positif ini ke Indonesia.

Kesadaran berpolitik generasi muda juga merupakan hal yang ditekankan oleh Bapak Herman. Jika kita meresitasi kata-kata Soe Hoek Gie, seorang aktivis Indonesia yang cukup lantang menentang kediktatoran dan aktif dalam memperjuangkan Indonesia HAM di era 60-an :
‘‘Dalam politik tak ada moral. Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor, lumpur-lumpur yang kotor. Tetapi suatu saat di mana kita tak dapat menghindar diri lagi maka terjunlah. Kadang-kadang saat ini tiba, seperti revolusi dahulu.’’

Kalimat inilah yang sekiranya menurut kami mampu menjelaskan situasi kesadaran politik pemuda Indonesia saat ini. Para pemuda acap kali menilai politik sebagai sebuah barang yang kotor, sebagai sesuatu yang hina dan menjauhi segala hal yang bersinggungan dengan politik itu sendiri. Namun seyogyanya stigma seperti ini tidak akan memberikan solusi untuk mengurai kecarutmarutan birokrasi yang ada di Indonesia. Sebab kehidupan suatu bangsa serta eksistensi suatu negara tidak akan pernah bisa luput dari sebuah tool yang disebut politik. Politik juga dapat dianalogikan sebagai sebuah pisau, di tangan orang yang bijak pisau ini digunakan untuk hal-hal positif demi khalayak luas dan di tangan mereka yang kurang bijak pisau tersebut digunakan untuk hal-hal negatif demi keuntungan pribadi semata. Setelah menyampaikan analogi tersebut Bapak Herman juga kembali berpesan kepada kita sebagai pelajar untuk menanamkan kesadaran berpolitik dan diharapkan mampu terlibat dalam pemerintahan Indonesia di kemudian hari. Sebab pembangunan Indonesia sendiri amatlah bergantung dengan kebijakan-kebijakan yang diregulasikan pemerintah. Bila pemerintahan masihlah dikuasi oleh para oportunis dan kaum munafik bagaimana mungkin kebijakan yang dibuat nantinya mampu mendukung arah pembangunan Indonesia?

Bersinggungan dengan pesan pak Herman di atas, penulis ingin meresitasi beberapa patah kata ayahanda Ahok kepadanya. Beliau mengatakan :

“Kalau kamu punya uang, katakanlah 1 miliar rupiah, bagikan kepada masyarakat. Kelihatannya besar, tapi tidak efektif” katanya. Misalnya, uang itu dibagikan kepada 2.000 orang, masing-masing mendapatkan 500.000 rupiah. Tidak sampai sebulan uang habis untuk makan sehari-hari. Setelah itu kesulitan lagi. Nah, kalau kamu jadi pejabat bekerjalah jujur dan sungguh-sungguh, maka kamu bisa menggunakan uang negara untuk menciptakan kesejahteraan.“

Kami rasa kalimat di atas mampu memberikan kita sebercak pencerahan mengapa pentingnya partisipasi kita dalam kehidupan pemerintahan bangsa Indonesia di kemudian hati.

Oleh karena itu kalau bukan kita sebagai pelajar sekaligus pemuda Indonesia yang peduli dan mau mempersiapkan diri menjadi agen pembangunan di kemudian hari, lalu kemana juakah nasib bangsa Indonesia digantungkan? Kita tidak membutuhkan sekedar orang-orang pintar, namun yang kita butuhkan adalah orang yang tulus, menjunjung tinggi humanisme, memiliki moralitas yang tinggi dan mau memperjuangkan masa depan bangsa Indonesia. Kami mengharapkan bahwa kita sebagai pelajar Indonesia di Jerman agar mampu mempersiapkan diri dan menggunakan kesempatan studi di negeri ini dengan bijaksana. Sehingga disaat kita terpanggil untuk membangun bangsa kita, kita mampu mentransfer semua kultur positif, etos kerja dan pengetahuan serta pengalaman yang kita dapatkan disini untuk bunda pertiwi.

Akuilah dengan hati bersih bahwa kalian dapat belajar dari orang barat, tapi jangan sekali-kali kalian meniru dari orang barat, kalian harus menjadi murid-murid dari timur yang cerdas.

-Tan Malaka-

Dengan semangat fajar di hari kebanggaan rakyat Indonesia ini, kami persembahkan lembaran sajak merah putih berjudul “Tujuh Puluh Satu, Indonesiaku” mewakili harapan para pelajar di benua biru ini:

Tujuh puluh satu
Momen yang kami tunggu
Rakyat ini menyambutmu
Dengan semangat menggebu
Tujuh puluh satu
Mereka berebut kekuasaan atasmu
Dengan penuh hawa nafsu
Padahal semua itu hanyalah semu
__________________________
__________________________
Tujuh puluh satu
Itulah sekarang usiamu
Bertambah satu per satu
Dan tak akan pernah layu
Tujuh puluh satu
Bangsa lain makin menyerbu
Perlahan hilang tradisimu
Meninggalkan budaya Melayu
__________________________
__________________________
Tujuh puluh satu
Aku akan selalu mengenangmu
Segala perjuanganmu
Wahai pahlawan-pahlawanku
Tujuh puluh satu
Tapi saat ini apalah dayaku
Yang sedang menuntut ilmu
Berjuang di benua biru
__________________________
__________________________
Tujuh puluh satu
Aku ingin bangsa ini maju
Tak pernah ada kata lesu
Demi negeri tumpah darahku
Tujuh puluh satu
Jangan hanya malas terpaku
Marilah kita bahu membahu
Demi Indonesia satu
__________________________
__________________________
Tujuh puluh satu
Aku ingin kau benar tahu
Tiap tahun memperingatimu
Berharap yang terbaik untukmu
Tujuh puluh satu
Jangan biarkan perbedaan itu
Mengusik kedaulatanmu
Dan mengganggu kemerdekaanmu
__________________________
__________________________
Tujuh puluh satu
Alangkah banyak potensimu
Semua tumbuh di atas tanahmu
Tak heran banyak yang menginginkanmu
Tujuh puluh satu
Marilah kita bersatu
Menggaungkan dirgahayu
Jayalah Indonesiaku

Merdeka!!

Oleh: Jayanto Halim (narasi) dan Bobby Rio Indriyantho (puisi)
– Ditulis dalam suasana langit temaram nan syahdu –

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *